Sabtu, 08 Agustus 2015

Manipulasi Politik

Budi Siluet
Kader Partai Rakyat Pekerja (PRP)
Ini cerita soal tipu menipu, dalam setiap babak sejarah selalu saja ada penipu yang sukses dengan menipu, seakan-akan Tuhan memang “mengizinkan dan memberkati” dia untuk menjadi orang sukses dengan jalan menipu. Tentunya setiap babak sejarah melahirkan banyak penipu tetapi yang sukses melegenda dan tercatat dalam sejarah sangat jarang kecuali penipuan itu adalah penipuan politik.
Pada zaman Romawi setelah kaisar Nero melakukan bunuh diri di dekat vila freedman Phaon, pada bulan Juni 68 SM. Berbagai penipu yang mengaku sebagai Nero muncul antara musim gugur tahun 69 SM dan pada saat pemerintahan kaisar Domitianus. Para penipu ini banyak di sokong oleh tentara disertir dan coba mengambil alih kekuasaan. Di Norwegia kita mengenal nama False Margaret (1260-1301) adalah seorang wanita penipu dari Norwegia yang menyamar sebagai Margaret, putri dari Norwegia. Dia menipu rakyat Norwegia dan mendaku diri sebagai seorang putri. Penduduk kota dan banyak tokoh rohaniawan/agamawan terkecoh atau pura-pura terkecoh agar bisa untung dan getol mendukung pengakuannya, sayang sang raja dapat mengenali dan sang putri gadungan berakhir ditiang gantungan.
Di Inggris kita mendengar Lambert Simnel (1477-1525) adalah penipu yang menyamar sebagai bangsawan dari Inggris. Pada 1487 dia mengancam pemerintahan yang baru didirikan oleh Raja Henry VII (memerintah 1485-1509). Begitu banyak kisah penipuan politik namun tujuannya hanya satu yaitu memanipulasi rakyat, militer dan sekelompok rohaniawan/agamawan agar dapat berkuasa dan bisa menjadi kaya raya.
Namun dari kisah-kisah penipu di seluruh dunia yang paling sukses adalah Grigory Otrepyev (Dmitriy I) seperti dikisahkan dalam trilogy drama epik Aleksey Konstantinovich Tolstoy atau lebih akrap dengan nama Tolstoy yang di tulis 1868-1869 dan pertama kali diterbitkan pada maret tahun 1870. Dalam kisah itu dia (Grigory Otrepyev) adalah salah satu dari tiga penipu yang mendaku sebagai anak bungsu dari Tsarevitch Dmitriy Ivanovich yang mati terbunuh. Selama periode kerusuhan sipil di Rusia dia kemudian menjadi Tsar Rusia dari 21 Juli 1605 sampai kematiannya pada 17 Mei 1606, sangat singkat dia berkuasa tapi paling tidak dia berhasil. Sebagai penipu Otrepyev menampilkan keterampilan aristokrat yang memukau seperti berkuda dan keaksaraan serta mempunyai kemampuan berbicara kepada massa dengan baik dan lugas layaknya ksatria sejati. Dengan memanfaatkan situasi politik saat itu yang serba tak menentu karena kematian misterius Tsar Boris Goudonov, Otrepyev sang penipu mampu mampu memanipulasi para bangsawan dan rohaniawan/pemuka agama serta meraih dukungan militer hingga dapat mengambil tampuk kekuasaan.
Namun Apa Hubungannya Kisah Tipu Menipu Politik Dengan Indonesia Saat Ini?
Ada hubungannya, kata orang bijak sejarah adalah guru yang paling baik, dan untuk meraih kekuasaan banyak hal bisa dilakukan termasuk tipu-menipu dan tujuannya hanya satu, mendapatkan dukungan rakyat dan kelompok yang memegang otoritas tertentu (Militer dan rohaniawan/agamawan) agar kuasa berada ditangannya.
Gegap gempita Pemilihan Presiden 2014 yang tinggal menghitung hari menampilkan pagelaran manipulasi politik demi dukungan mayoritas rakyat dalam demokrasi elektoral. Namun yang paling telanjang adalah apa yang ditampilkan mantan Jenderal baret merah Prabowo. Tentu banyak yang bertanya, kenapa bisa?
Kita tahu bersama sang Jederal adalah putra Begawan ekonomi liberal Sumitro Djojohadikusumo seoarang pembangkang presiden Soekarno nomor wahid dia memproklamirkan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Perdjuangan Rakjat Semesta (PRRI/PERMESTA) yang di dukung penuh oleh kelompok militer reaksioner sokongan Amerika Serikat (CIA) dan Inggris[1] untuk merebut pemerintahan yang sah Presiden Soekarno.
Karir militernya juga terdongkrat karena ayahnya menjabat Menteri Perdagangan dan Menteri Negara Riset Nasional pada masa orde baru, dia juga adalah mantan menantu Jenderal Soeharto yang “mengkudeta” pemerintahan Soekarno sang Proklamator itu. Kita tahu bersama bahwa pemerintahan Orde Baru adalah pemerintahan yang kebijakan politiknya sangat pro modal asing dan sangat bertolak belakang dengan politik Soekarno yang begitu anti Kolonialisme Imperialisme. Namun setelah beberapa puluh tahun berselang putra dan mantan menantu pembangkang Soekarno itu menampakan sosoknya layaknya Putra Sang Fajar.
Anak kecil juga tahu deklasrasi pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden bertempat di rumah polonia yang terletak di kawasan Jakarta Timur, alasannya jelas karena rumah ini tempat tinggal presiden pertama Indonesia Soekarno. Sekretaris Jendral Gerakan Muda (Gema) Indonesia salah satu barisan pendukung Pasangan Prabowo-Hata Rajasa, Arif Rahman mengatakan bekas rumah mantan presiden pertama Indonesia dipilih agar deklarasi Prabowo-Hatta bisa mencerminkan perjuangan Soekarno.
Tapi perlu diingat Soekarno putra sang fajar itu bukan Prabowo bahkan dengan menutup sebelah mata kita tidak satupun kemiripan yang memancar dari diri Prabowo dengan pimpinan besar revolusi Indonesia itu. Dalam pidato nya yang berapi-api Soekarno dengan lantang mengatakan bahwa revolusi Indonesia menuju Sosialisme dan itu terbukti dengan program Tri saktinya, dengan politik anti Imperialisme Kolonialisme, menolak bantuan Amerika meskipun sang Presiden harus makan tempe bersama rakyatnya dan yang pasti Soekarno melarang Angkatan Bersenjata Berpolitik, Angkatan Bersenjata harus menjadi pelindung rakyat bukan menembak dan menumpas rakyat, Soekarno sangat menjujung tinggi demokrasi itu terbukti dengan pemilu 1955 pemilu paling demokratis dalam sejarah bangsa ini, Soekarno tidak memiliki dua kewarganegaraan, sampai mati nya dia mengorbankan hidupnya demi negara ini memiliki kepribadian yang kuat. Dan satu lagi Soekarno tidak punya perusahaan apalagi hutang Rp 14,3 Triliun.
Untuk mengakhiri cerita ini mari kita sejenak kita mengingat!
Dalam setiap babakan sejarah memang selalu melahirkan penipu-penipu “beruntung” seperti ksatria penunggang kuda dengan keris di pingganganya, mampu mengenali aksara dunia dan bertutur lantang dan lugas menghpinotis massa dengan pengeras suara ribuan watt yang bertampik sorak dengan ketidaktahuannya, memiliki dukungan rohaniawan/agamawan yang korup dan haus akan harta yang bersembunyi dengan hafalan kalimat suci ajaran para nabi kekasih Tuhan, namun penipu tetaplah penipu, dengan segala pengetahuanya.

Semoga Tuhan Memberkati Indonesia***

Pedalaman Sulawesi 23 Mei 2014

Catatan:
[1] Lebih jelasnya Lihat tulisan saya di http://www.prp-indonesia.org/2014/prri-orde-baru-dan-prabowo-bangkitnya-kekuatan-anti-demokrasi.

Rujukan:
Hampir keseluruhan bahan untuk tulisan ini diambil dari Wikipedia, sayang kalau kemerdekaan memperoleh informasi ini terampas.

***Tulisan ini sebelumnya dimuat di http://www.prp-indonesia.org/2014/manipulasi-politik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar