“Kapitalis Vs Politisi Murni”
Sebuah Lelucon dari H.Muh.Sofyan
Mile SH.MH
Oleh: Budi Siluet
Malam
itu saya bersiap disamping pesawat radio tua milik mertua, tapi bukan untuk
mendengarkan sandiwara radio atau lagu-lagu nostalgia apalagi acara BisKal (Bisikan
Kalbu) khas tahun sembilan puluhan. Jujur saja saya ingin mendengarkan Debat
kandidat Bupati Banggai Periode 2015-2020 yang disiarkan langsung Radio Republik
Indonesia alias RRI yang sejak kelahiranya selalu setia di udara.
Kupasang
telinga dipesawat radio yang yakin sampai rusak tidak bakalan stereo. Awal
debat biasa saja, sampai pertengahan juga demikian, menurut saya yang asli orang
desa seperti mendegarkan Sandiwara Radio yang melegenda di desaku “Tutur
Tinular”, Monolog dan Dialognya tak jauh-jauhnya dari urusan saling sindir,sedikit
menghina dan narsisme tak ketulungan pastinya.
Namun saat
acara akan berakhir dan masing-masing kandidat dipersilahkan untuk meberikan pernyataan penutup tiba-tiba saja
saya tersentak dari bangku, betapa tidak H.Muh. Sofyan Mile SH.MH calon Bupati
nomor urut 1 yang juga adalah calon incumbent mengatakan “Jangan sampai semua lini dikuasai oleh kaum Kapitalis” “Pilihlah Kami
Politisi Murni yang bisa melindungi Hak-Hak rakyat”. Spontan saya langsung
bertanya dalam hati , wah ini orang habis makan apa atau mungkin dia siang sebelumnya
bermimpi bertemu Karl Marx sang Nabi Komunis itu?
Kapitalis... apa itu?
Seteleh debat itu selesai saya langsung
mengingat-ngingat buku dan tulisan-tulisan yang pernah saya baca terkait
istilah “Kapitalis” dan alhamdulilah,
Allah belum lagi mencabut ingatan saya, yang jujur saja ”sedikit Lemot” namun samar-samar
saya ingat, dan inipun kalau saya tak keliru bahwa defenisi istilah “Kapitalis”
adalah Kategori Sosial yang ada di ranah relasi Produksi Kapitalisme. Kalau
kita mengikuti penjelasan Mas Dede Mulyanto dosen aneh bin ajaib itu maka
secara singkat penjelasanya macam ini;
“Karena
kapitalis bukan orang, maka kepentingan strukturalnya (yakni mengakumulasi
nilai-lebih lewat produksi komoditi) bisa saja dijalankan oleh badan hukum
(korporasi) atau lembaga (CEO, dewan direksi, RUPS). Tapi, berhubung kategori
kapitalis hanya mungkin mengada di kehidupan sosial lewat orang-orang yang
hidup di dalamnya, ibarat mesin, untuk bekerjanya kategori itu, mesti ada
orang-orang yang menjalankannya. Nah, orang-orang yang menjalankan kepentingan
struktural kategori kapitalislah (yang bertentangan dengan kepentingan
struktural proletariat) yang biasanya kita rujuk sebagai ‘kapitalis’.”
Dari keterangan
singkat diatas maka kita memperoleh pengertian bahwa kategori Kapitalis itu dapat melekat kepada siapa
saja, tergantung posisi sosial seseorang dalam relasi sosial produksi yang
kapitalistis dan meskipun orang itu mati selama relasi sosial produksi
kapitalisme masih lenggeng maka si Kapitalis
ibaratnya alien akan “menumpang” dan menampak atau mengada ketubuh manusia
lain. Selanjutnya dapat kita mengerti bahwa didalam kapitalisme yang saling
berhadapan dan saling mengandaikan adalah Kapitalis dan Buruh atau lebih keren
disebut dengan istilah proletariat. Dan orang-orang yang menjalankan
kepentingan struktural kategori kapitalis akan berhadapan dengan orang-orang
yang berkepentingan menyusun struktur sosial proletariat inilah yang kemudian
dalam Manifesto komunis disebut sebagai Pertentangan Kelas, yakni “Kapitalis
Vs Proletar”
Tapi tunggu dulu,Kapitalisme itu apa sih sampai begitu
sakti melahirkan Kapitalis? Karl Marx pengeritik paling gigih dan tangguh
terhadap kapitalisme belum lagi menggunakan istilah itu dalam buku
monumentalnya Das Kapital . Adalah
Werner Sombart yang berkawan karib dengan Max Weber yang pertama kali
menggunakan istilah Kapitalisme sebagai idiologi ekonomi yang dilawankan dengan
idiologi ekonomi Sosialisme.
Kalau penjelasan Dosen aneh bin ajaib Dede Mulyanto dalam
bukunya Kapitalisme: Prespektif Sosio –
Historis maka Kapitalisme dapat didefinisikan sebagai Sistem Ekonomi yang
mengorganisasi upaya pengejaran dan pengumpulan kekayaan demi kekayaan itu
sendiri, artinya kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang terkait dalam
upaya mengejar keuntungan yang sebanyak-banyaknya, untuk itu mengikuti Max
Weber kapitalisme mengharuskan keuntungan yang berkelanjutan dan ditopang oleh
usaha perhitungan yang rasional.
Lebih jauh soal
istilah kapitalisme mengikuti Henry Brenstein maka dapat didefenisikan sebagai
suatu sistem produksi dan reproduksi yang didasarkan pada relasi sosial antara
kapitalis dan Proletariat/buruh; kapitalis mengeksploitasi buruh guna mengejar
nilai lebih (laba) dan akumulasi, sementara proletariat/buruh harus bekerja
untuk kapitalis agar bisa bertahan hidup.
Terus “Politisi Murni”?
Nah politisi murni ini yang jujur saja sebagai anak
desa saya tidak mengerti, habis sudah saya mengingat bacaan yang pernah saya
baca atau mengingat ceramah-ceramah dalam forum – forum diskusi, bahkan berdo’a
untuk mendapatkan petunjuk namun hasilnya tetap nihil, saya tidak mampu
mendapatkan penjelasan yang meyakinkan tentang istilah “politisi murni” ini. Akhirnya saya bersumsi mungkin saja yang
dimaksudkan bapak H.Muh.Sofyan Mile SH.MH
tentang istilah “politisi murni’
adalah seorang politisi yang bukan sekaligus pengusaha, tapi kalau demikian
maka Drs.Ma’mun Amir juga seorang “politisi
murni” demikian pula Ir. Herwin Yatim. Pasti bukan itu yang dia maksud,
akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini pasti sebuah istilah dari hasil “ngarang
sendiri”.
Politisi Murni?? Jelas ini istilah yang diciptakan Sofyan Mile
sendiri, mungkin dia terinspirasi dari Hitler yang ingin memurnikan Ras Aria,
atau Ingin memurnikan agama!? Ho...ho..ho kalau sudah bicara murni memurnikan
hasil akhirnya adalah Fasisme.
Jadi Pak Sofyan Mile sebagai Bupati bapak tidak
perlulah berbicara yang tidak jelas, hanya karena ingin di bilang “Gaul”, apalagi bapak berbicara ke
masyarakat, Politisi Murni VS Kapitalis darimana
rujukannya paaaak? Bapak bolak-balik baca Das Kapital Karl Marx atau Dibawah
Bendera Revolusi nya Ir.Soekarno tidak ada yang namanya Politisi Murni. Ya Allah gara-gara bapak banyak orang jadi bingung
sementara bapak sendiri saya yakin akan gagal paham dengan istilah yang bapak
bikin sendiri.
Tapi membuat orang jadi penasaran saya pikir bapak
berhasil, buktinya saya jadi ingin tahu bapak ini sebenarnya siapa sih? Sampai ingin
menjadi seorang Politisi Murni dan mendaku menjadi pelindung hak rakyat.
Alhamdulilah Google masih membantu. Ternyata bapak
adalah kader partai Golkar dan pernah menjadi Anggota DPR RI 1997-1999,
1999-2004 dan 2004-2009. Pernah menjabat sebagai kepala SDM partai Golkar,ketua
Litbang Golkar 1993-1998. Wah saya lansung berkeyakinan ini orang pasti dididik
oleh Orde Baru rezim fasis haus darah itu, yang membantai lima ratus ribu
sampai dua juta orang di tahun 1965-1966, Rezim yang menculik dan membunuh
aktifis 98, rezim yang menggadaikan seluruh kekayaan alam indonesia ke kapitalis
Multi nasional dan mewarisi hutang yang
hampir mustahil untuk dilunasi bangsa ini.
Sofyan Mile juga pernah menjadi Komisaris PT. Inka
Tama Karya pada tahun 2005 dan Pemilik/Pimpinan PO. Sinar Dempo hingga hari
ini. Wah...wah ternyata dia si “Kapitalis”
juga. Tapi kenapa kok anti kapitalis?
Kapitalis anti Kapitalis? Ini sama
dengan istilah iklan minuman “Jeruk makan
Jeruk”.
Sebagai kader elit Golkar sejak era Orde Baru jelas sudah sejak
lama Sofyan Mile banyak menikmati kekayaan melalui perampasan nilai lebih. Kita pahami bersama bahwa pendapatan utama negara
kapitalis modern jelas bersumber dari pajak (tax atau rent).
Dalam teori distribusi nilai lebih (surplus-value), pajak adalah bagian
dari nilai lebih yang diperoleh negara. Artinya, sumber utama pajak adalah
bagian dari eksploitasi terhadap kelas Buruh.
Jadi
Bapak Sofyan Mile saya harap bapak jangan lagi membohongi masyarakat dalam
berkampanye, tidak ada namanya Kapitalis
diperhadapkan dengan “Politisi Murni”,
Jangan Ngana Ba Lawak Oom! Relasi produksi di bawah kapitalisme tetap menautkan
dua kategori sosial berdasarkan kedudukannya terhadap sarana produksi dan
pengambilalihan nilai-lebih dari produksi komoditi. Yakni: Kapitalis Vs Proletariat.
Kalau bapak mau
mengubah realitas struktur sosial yang menindas di bawa kapitalisme ini mau
tidak mau bapak harus mengikuti pesan Lenin, bersama Proletariat/Kelas Pekerja membangun
Organisasi sendiri, sebuah partai politik yang dipimpin oleh Proletariat/Kelas
Pekerja untuk merebut kekuasaan dari kapitalis dan menciptakan revolusi
sosialis. Hanya dengan itu caranya pak, bukan dengan doa’ apalagi omong kosong
sublim atau lawakan banyolan untuk menjadi “Politisi
Murni”.
Lebih baik bapak Sofyan Mile berkata jujur kepada
masyarakat itu lebih afdol pak, siapa tahu bapak nanti bisa masuk surga, bahwa
dinegeri yang kapitalistis seperti indonesia ini , tidak ada alasan politisi
dengan latar belakang kesadaran orde baru yang kental dan padat mau maju
menjadi Bupati karena memiliki hati baik dan kepedulian sosial, apalagi mau mengubah
struktur sosial yang menindas ini, melainkan bahwa ada laba di sana. Ada rente
yang bisa bapak ambil, ada keuntungan Besar pak, itu alasanya!***