Kamis, 05 November 2015

“Kapitalis Vs Politisi Murni” Sebuah Lelucon dari H.Muh.Sofyan Mile SH.MH



“Kapitalis Vs Politisi Murni”
Sebuah Lelucon dari   H.Muh.Sofyan Mile SH.MH

Oleh: Budi Siluet

Malam itu saya bersiap disamping pesawat radio tua milik mertua, tapi bukan untuk mendengarkan sandiwara radio atau lagu-lagu nostalgia apalagi acara BisKal (Bisikan Kalbu) khas tahun sembilan puluhan. Jujur saja saya ingin mendengarkan Debat kandidat Bupati Banggai Periode 2015-2020 yang disiarkan langsung Radio Republik Indonesia alias RRI yang sejak kelahiranya selalu setia di udara.
Kupasang telinga dipesawat radio yang yakin sampai rusak tidak bakalan stereo. Awal debat biasa saja, sampai pertengahan juga demikian, menurut saya yang asli orang desa seperti mendegarkan Sandiwara Radio yang melegenda di desaku “Tutur Tinular”, Monolog dan Dialognya tak jauh-jauhnya dari urusan saling sindir,sedikit menghina dan narsisme tak ketulungan pastinya.
Namun saat acara akan berakhir dan masing-masing kandidat dipersilahkan untuk  meberikan pernyataan penutup tiba-tiba saja saya tersentak dari bangku, betapa tidak H.Muh. Sofyan Mile SH.MH calon Bupati nomor urut 1 yang juga adalah calon incumbent mengatakan “Jangan sampai semua lini dikuasai oleh kaum Kapitalis” “Pilihlah Kami Politisi Murni yang bisa melindungi Hak-Hak rakyat”. Spontan saya langsung bertanya dalam hati , wah ini orang habis makan apa atau mungkin dia siang sebelumnya bermimpi bertemu Karl Marx sang Nabi Komunis itu?

Kapitalis... apa itu?
Seteleh debat itu selesai saya langsung mengingat-ngingat buku dan tulisan-tulisan yang pernah saya baca terkait istilah  “Kapitalis”  dan alhamdulilah, Allah belum lagi mencabut ingatan saya, yang jujur saja ”sedikit Lemot” namun samar-samar saya ingat, dan inipun kalau saya tak keliru bahwa defenisi  istilah  “Kapitalis” adalah Kategori Sosial yang ada di ranah relasi Produksi Kapitalisme. Kalau kita mengikuti penjelasan Mas Dede Mulyanto dosen aneh bin ajaib itu maka secara singkat penjelasanya macam ini;

 Karena kapitalis bukan orang, maka kepentingan strukturalnya (yakni mengakumulasi nilai-lebih lewat produksi komoditi) bisa saja dijalankan oleh badan hukum (korporasi) atau lembaga (CEO, dewan direksi, RUPS). Tapi, berhubung kategori kapitalis hanya mungkin mengada di kehidupan sosial lewat orang-orang yang hidup di dalamnya, ibarat mesin, untuk bekerjanya kategori itu, mesti ada orang-orang yang menjalankannya. Nah, orang-orang yang menjalankan kepentingan struktural kategori kapitalislah (yang bertentangan dengan kepentingan struktural proletariat) yang biasanya kita rujuk sebagai ‘kapitalis’.”

Dari keterangan singkat diatas maka kita memperoleh pengertian bahwa kategori Kapitalis itu dapat melekat kepada siapa saja, tergantung posisi sosial seseorang dalam relasi sosial produksi yang kapitalistis dan meskipun orang itu mati selama relasi sosial produksi kapitalisme masih lenggeng maka si Kapitalis ibaratnya alien akan “menumpang” dan menampak atau mengada ketubuh manusia lain. Selanjutnya dapat kita mengerti bahwa didalam kapitalisme yang saling berhadapan dan saling mengandaikan adalah Kapitalis dan Buruh atau lebih keren disebut dengan istilah proletariat. Dan orang-orang yang menjalankan kepentingan struktural kategori kapitalis akan berhadapan dengan orang-orang yang berkepentingan menyusun struktur sosial proletariat inilah yang kemudian dalam Manifesto komunis disebut sebagai Pertentangan Kelas,  yakni “Kapitalis Vs Proletar”

Tapi tunggu dulu,Kapitalisme itu apa sih sampai begitu sakti melahirkan Kapitalis? Karl Marx pengeritik paling gigih dan tangguh terhadap kapitalisme belum lagi menggunakan istilah itu dalam buku monumentalnya Das Kapital . Adalah Werner Sombart yang berkawan karib dengan Max Weber yang pertama kali menggunakan istilah Kapitalisme sebagai idiologi ekonomi yang dilawankan dengan idiologi ekonomi Sosialisme.
Kalau penjelasan Dosen aneh bin ajaib Dede Mulyanto dalam bukunya Kapitalisme: Prespektif Sosio – Historis maka Kapitalisme dapat didefinisikan sebagai Sistem Ekonomi yang mengorganisasi upaya pengejaran dan pengumpulan kekayaan demi kekayaan itu sendiri, artinya kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yang terkait dalam upaya mengejar keuntungan yang sebanyak-banyaknya, untuk itu mengikuti Max Weber kapitalisme mengharuskan keuntungan yang berkelanjutan dan ditopang oleh usaha perhitungan yang rasional.
Lebih jauh soal istilah kapitalisme mengikuti Henry Brenstein maka dapat didefenisikan sebagai suatu sistem produksi dan reproduksi yang didasarkan pada relasi sosial antara kapitalis dan Proletariat/buruh; kapitalis mengeksploitasi buruh guna mengejar nilai lebih (laba) dan akumulasi, sementara proletariat/buruh harus bekerja untuk kapitalis agar bisa bertahan hidup.

Terus “Politisi Murni”?
Nah politisi murni ini yang jujur saja sebagai anak desa saya tidak mengerti, habis sudah saya mengingat bacaan yang pernah saya baca atau mengingat ceramah-ceramah dalam forum – forum diskusi, bahkan berdo’a untuk mendapatkan petunjuk namun hasilnya tetap nihil, saya tidak mampu mendapatkan penjelasan yang meyakinkan tentang istilah “politisi murni” ini. Akhirnya saya bersumsi mungkin saja yang dimaksudkan bapak H.Muh.Sofyan Mile SH.MH  tentang istilah “politisi murni’ adalah seorang politisi yang bukan sekaligus pengusaha, tapi kalau demikian maka Drs.Ma’mun Amir juga seorang “politisi murni” demikian pula Ir. Herwin Yatim. Pasti bukan itu yang dia maksud, akhirnya saya sampai pada kesimpulan ini pasti sebuah istilah dari hasil “ngarang sendiri”.
Politisi Murni?? Jelas ini istilah yang diciptakan Sofyan Mile sendiri, mungkin dia terinspirasi dari Hitler yang ingin memurnikan Ras Aria, atau Ingin memurnikan agama!? Ho...ho..ho kalau sudah bicara murni memurnikan hasil akhirnya adalah Fasisme.
Jadi Pak Sofyan Mile sebagai Bupati bapak tidak perlulah berbicara yang tidak jelas, hanya karena ingin di bilang “Gaul”, apalagi bapak berbicara ke masyarakat, Politisi Murni VS Kapitalis darimana rujukannya paaaak? Bapak bolak-balik baca Das Kapital Karl Marx atau Dibawah Bendera Revolusi nya Ir.Soekarno tidak ada yang namanya Politisi Murni. Ya Allah gara-gara bapak banyak orang jadi bingung sementara bapak sendiri saya yakin akan gagal paham dengan istilah yang bapak bikin sendiri.
Tapi membuat orang jadi penasaran saya pikir bapak berhasil, buktinya saya jadi ingin tahu bapak ini sebenarnya siapa sih? Sampai ingin menjadi seorang Politisi Murni dan mendaku menjadi pelindung hak rakyat.
Alhamdulilah Google masih membantu. Ternyata bapak adalah kader partai Golkar dan pernah menjadi Anggota DPR RI 1997-1999, 1999-2004 dan 2004-2009. Pernah menjabat sebagai kepala SDM partai Golkar,ketua Litbang Golkar 1993-1998. Wah saya lansung berkeyakinan ini orang pasti dididik oleh Orde Baru rezim fasis haus darah itu, yang membantai lima ratus ribu sampai dua juta orang di tahun 1965-1966, Rezim yang menculik dan membunuh aktifis 98, rezim yang menggadaikan seluruh kekayaan alam indonesia ke kapitalis Multi nasional  dan mewarisi hutang yang hampir mustahil untuk dilunasi bangsa ini.
Sofyan Mile juga pernah menjadi Komisaris PT. Inka Tama Karya pada tahun 2005 dan Pemilik/Pimpinan PO. Sinar Dempo hingga hari ini. Wah...wah ternyata dia si “Kapitalis” juga. Tapi kenapa kok anti kapitalis? Kapitalis anti Kapitalis? Ini sama dengan istilah iklan minuman “Jeruk makan Jeruk”.
Sebagai kader elit  Golkar sejak era Orde Baru jelas sudah sejak lama Sofyan Mile banyak menikmati kekayaan melalui perampasan nilai lebih. Kita pahami bersama bahwa pendapatan utama negara kapitalis modern jelas bersumber dari pajak (tax atau rent). Dalam teori distribusi nilai lebih (surplus-value), pajak adalah bagian dari nilai lebih yang diperoleh negara. Artinya, sumber utama pajak adalah bagian dari eksploitasi terhadap kelas Buruh.
Jadi Bapak Sofyan Mile saya harap bapak jangan lagi membohongi masyarakat dalam berkampanye, tidak ada namanya Kapitalis diperhadapkan dengan “Politisi Murni”, Jangan Ngana Ba Lawak Oom! Relasi produksi di bawah kapitalisme tetap menautkan dua kategori sosial berdasarkan kedudukannya terhadap sarana produksi dan pengambilalihan nilai-lebih dari produksi komoditi. Yakni: Kapitalis Vs Proletariat.
Kalau bapak mau mengubah realitas struktur sosial yang menindas di bawa kapitalisme ini mau tidak mau bapak harus mengikuti pesan Lenin, bersama Proletariat/Kelas Pekerja membangun Organisasi sendiri, sebuah partai politik yang dipimpin oleh Proletariat/Kelas Pekerja untuk merebut kekuasaan dari kapitalis dan menciptakan revolusi sosialis. Hanya dengan itu caranya pak, bukan dengan doa’ apalagi omong kosong sublim atau lawakan banyolan untuk menjadi “Politisi Murni”.
Lebih baik bapak Sofyan Mile berkata jujur kepada masyarakat itu lebih afdol pak, siapa tahu bapak nanti bisa masuk surga, bahwa dinegeri yang kapitalistis seperti indonesia ini , tidak ada alasan politisi dengan latar belakang kesadaran orde baru yang kental dan padat mau maju menjadi Bupati karena memiliki hati baik dan kepedulian sosial, apalagi mau mengubah struktur sosial yang menindas ini, melainkan bahwa ada laba di sana. Ada rente yang bisa bapak ambil, ada keuntungan Besar pak, itu alasanya!***

2 komentar: